Rabu, 13 Januari 2016

MAKALAH PENELITIAN ETNOLINGUISTIK



KAJIAN ETNOLINGUISTIK
DALAM TRADISI CEGURAN “SURO”
DI TUGU SUHARTO SEMARANG




Di susun oleh:
Ciliah                                    2601413097
Teguh Arif Tri Budi Aji          2601413102
Helvy Andri Luckman           2601412142

UNNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
PENDIDIKAN BAHASA JAWA

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam perkembangan masyarakat jawa, banyak hal yang menjadi pembicaraan tentang bagaimana gaya hidup masyarakat jawa yang ada. Banyak hal yang menunjukan kekhasan masyarakat jawa dalam bermasyarakat di kehidupan sehari-hari, yang dimana menjadi pertanyaan setiap orang yang tidak mengetahui kebisaan tersebut. Dari sisi kehidupan bermasyarakat, masyarakat jawa menunjukan kebiasaan yang tidak biasa muncul ataupun ada dalam kehidupan masyarakat modern saat ini. Adanya anggapan bahwa masyarakat jawa memiliki kebisaan yang berbau mistis ataupun mistik dalam bermasyarakat. Tidak adanya pemahaman masyarakat tentang keberagaman budaya, keselarasan budaya yang diangkuh oleh nenek moyang masyarakat jawa, menjadi pemahaman masyarakat jawa modern beranggapan bahwa dalam setiap tindak masyarakat memiliki unsur-unsur mistis yang menyelimutinya.
Kegiatan kebudayan yang selama ini dimasukan dalam kehidupan masyarakat jawa tidak lepas dari peranan ataupun warisan dari nenek moyang dan leluhur masyarakat jawa. Adanya banyak tuntunan dalam kegiatan kebersamaan, ibadah, tata tingkah laku, dan kehidupan bermasyarakat yang  selama ini masih “dipunugemí” beberapa masyarakat jawa. Jalanya kebiasaan tersebut berlandaskan asas kepercayaan yang dianut oleh masyarakat jawa, dimana mereka masih mempercayai unsur kebudayaan yang masih harus melekat dalam kehidupanya, serta menyadari bahwa adanya kebudayaan tersebut karena telah melalui proses yang sangat panjang dan membuahkan tuntunan yang baik dalam bermasyarakat.
Beberapa masyarakat jawa yang mempercayai unsur-unsur kebuadayaan dalam kehidupan mempunyai beberapa anggapan tersendiri untuk menjadi alasan mengapa kebudayaan tersebut harus tetap ada dan berjalan dalam menjalankan kehidupan bersama. Adanya unsur menghormati leluhur karena sudah susah payah mempertahankan budaya yang notabenya dalamkehidupan masyarakat modern dirasa tidak cukup penting untuk dilaksanakan. Namun ada juga yang beranggapan bahwa nilai-nilai ataupun unsur-unsur yang melekat dalam kebudayaan tersebut memang nyata harus dilaksanakan karena itu menyangkut keberlangsungan hidup mereka. Anggapan bahwa kita harus bersyukur kepada semua ciptaan-Nya yang telah membantu mereka untuk melangsungkan kehidupan dalam bermasyarakat. Adanya unsur budaya, menjadikan patokan dari setiap terselenggaranya tradisi masyarakat jawa. Dalam hal ini, kebudayaan merupakan hal yang begitu sangat kompleks dalam masyarakat jawa, karena dalam kebudayaan itu mengandung banyak arti tentang interaksi setiap individu dengan individu meupun dengan kelompok tersebut.
Kebudayaan itu sendiri adalah hasil dari hasil cipta, rasa, dan karsa  manusia.  Setiap kebudayaan pun sangat erat kaitannya dengan kehidupan suatu kelompok di suatu tempat, karena setiap berbedanya tempat kelompok tinggal, berbeda pula kebudayaan yang di anut kelompok tersebut.
Kebudayaan diciptakan karena adanya kebutuhan manusia untuk mengatasi berbagai problem yang ada dalam kehidupan mereka. Melalui suatu proses berfikir yang diekspresikan kedalam berbagai wujud. Salah satu wujud kebudayaan manusia adalah tulisan. Seperti halnya dengan wujud-wujud kebudayaan lainnya. Penciptaan tulisan pun diciptakan karena adanya kebutuhan manusia untuk mengabdikan hasil-hasil pemikiran mereka.
Masih banyak hal-hal yang berkaitan dengan kebudayaan yang tidak  akan ada habisnya, dan masih banyak misteri  dalam setiap kebudayaan yang ada hingga saat ini.









B.     Rumusan Masalah

1.      Leksikon apa yang terdapat dalam tradisi ceguran “suro” di Tugu Suharto Semarang?
2.      Apa saja uborampe yang terdapat dalam tradisi ceguran “suro” di Tugu Suharto Semarang?
3.      Makna apa yang terkandung dalam uborampe yang disiapkan dalam tradisi ceguran “suro” di Tugu Suharto Semarang?

C.    Tujuan Penelitian
1.      Untuk mengetahui keberagaman bahasa dalam tradisi ceguran “suro” di Tugu Suharto Semarang, yang dikhususkan pada penggunaan bahasa jawa.
2.      Untuk ubarampe apa saja yang dibutuhkan dalam tradisi ceguran “suro” di Tugu Suharto Semarang.
3.      Mengetahui makna yang terkandung dalam uborampe yang digunakan pada tradisi ceguran “suro” di Tugu Suharto Semarang.









BAB II
PEMBAHASAN
Kebudayaan diciptakan karena adanya kebutuhan manusia untuk mengatasi berbagai problem yang ada dalam kehidupan mereka. Melalui suatu proses berfikir yang diekspresikan kedalam berbagai wujud. Salah satu wujud kebudayaan manusia adalah tulisan. Seperti halnya dengan wujud-wujud kebudayaan lainnya. Penciptaan tulisan pun diciptakan karena adanya kebutuhan manusia untuk mengabdikan hasil-hasil pemikiran mereka.
Masyarakat Jawa masih memegang teguh ajaran yang diwarisi oleh leluhurnya. Salah satu ajaran yang masih dilakukan adalah menjalankan Suronan. Malam tahun baru dalam kalender Jawa yang dianggap sacral bagi masyarakat Jawa.
Tradisi surona bermula saat zaman Sultan Agung sekitar tahun 1613-1645. Saat itu, masyarakat banyak mengikuti system penanggalan tahun Saka yang diwarisi dari tradisi Hindu. Hal ini sangat bertentangan dengan masa Sultan Agung yang menggunakan sistem kalender Hijriah yang diajarkan dalam islam. Sultan Agung kemudian berinisiatif untuk memperluas ajaran Islam di tanah Jawa dengan menggunakan metode perpaduan antara tradisi Jawa dan Islam. Sebagai dampak perpaduan tradisi Jawa dan Islam, dipilihlah tanggal 1 Muharam yang kemudian ditetapkan sebagai tahun baru Jawa. Hingga saat ini, setiap tahunnya tradisi malam suronan selalu diadakan oleh masyarakat Jawa.
Ilmu etnolinguistik yang dijadikan jembatan untuk mengetahui makna dalam setiap tata bahasa yang digunakan dalam kebudayaan, menjadikan ilmu tersebut menuntun untuk mengetahui banyak lebih dari setiap makna kebahasaan yang ada dalam setiap tradisi yang berkembang di beberapa masyarakat jawa yang sampai sekarang masih di lakukan.
Kebudayaan adalah hasil manusia baik yang bersifat materi, maupun yang nonmateri. Seperti detailnya bahwa kebudayaan itu mempunyai tujuh unsur, yakni sistem matapencaharian hidup (ekonomi); peralatan hidup (tehnologi); ilmu pengetahuan; sistem sosial;bahasa; kesenian; dan sistem religi. Jika dihubungkan dengan sejarah, maka kebudayaan sangat erat kaitannya karenasejarah adalah suatu ilmu yang selalu membahas ketujuh unsur kebudayaan dilihat dari waktunya.
Dalam tradisi ceguran “suro” di Tugu Suharto Semarang, kami menitikberatkan pada bahasa yang digunakan serta pemaknaan dalam perlengkapan yang ada dalam acara tersebut. Pemaknaan secara kebahasaan serta leksikon-leksikon yang dalam tradisi ceguran “suro” di Tugu Suharto Semarang, akan menjadikan pengetahuan untuk memaknai bagaimana budaya leluhur tersebut masih ada dan masih dilakukan sampai sekarang.



















                                                                                              
BAB III
PENUTUP
            Bahwasannya dalam setiap kebudayaan mempunyai manfaat ataupun tutur yang diberikan kepada nenek moyang ataupun leluhur kepada mereka. Setiap tutur tersebut dapat terlihat dengan tersirat ataupun tersurat. Dalam perkembanganya, tutur tersebut dapan dilihat dalam penggunaan dalam bahasa, dan pemaknaan dari setiap “pendukung” tradisi tersebut, baik yang dapat terlihat dengan kasat mata ataupun yang tidak. Namun dari semua kebudayaan yang khususnya tradisi yang masih dilestarikan oleh beberapa masyarakat jawa, lebih “dikenal” dengan hal-hal mistis yang ada dalam setiap tradisi tersebut.
Dari penelitian ini, diharapakan kita dapat mengetahui makna-makna ataupun tutur warisan leluhur melalui makna bahasa yang digunakan, agar pemberian makna tersebut tidak melenceng dari apa yang diajarkan oleh leluhur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar