KAJIAN
ETNOLINGUISTIK
DALAM TRADISI CEGURAN
“SURO”
DI TUGU SUHARTO
SEMARANG
Di susun oleh:
Ciliah 2601413097
Teguh Arif Tri Budi Aji 2601413102
Helvy Andri Luckman 2601412142
UNNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
FAKULTAS BAHASA
DAN SENI
PENDIDIKAN
BAHASA JAWA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam perkembangan
masyarakat jawa, banyak hal yang menjadi pembicaraan tentang bagaimana gaya
hidup masyarakat jawa yang ada. Banyak hal yang menunjukan kekhasan masyarakat
jawa dalam bermasyarakat di kehidupan sehari-hari, yang dimana menjadi
pertanyaan setiap orang yang tidak mengetahui kebisaan tersebut. Dari sisi
kehidupan bermasyarakat, masyarakat jawa menunjukan kebiasaan yang tidak biasa
muncul ataupun ada dalam kehidupan masyarakat modern saat ini. Adanya anggapan
bahwa masyarakat jawa memiliki kebisaan yang berbau mistis ataupun mistik dalam
bermasyarakat. Tidak adanya pemahaman masyarakat tentang keberagaman budaya,
keselarasan budaya yang diangkuh oleh nenek moyang masyarakat jawa, menjadi
pemahaman masyarakat jawa modern beranggapan bahwa dalam setiap tindak
masyarakat memiliki unsur-unsur mistis yang menyelimutinya.
Kegiatan kebudayan yang
selama ini dimasukan dalam kehidupan masyarakat jawa tidak lepas dari peranan
ataupun warisan dari nenek moyang dan leluhur masyarakat jawa. Adanya banyak
tuntunan dalam kegiatan kebersamaan, ibadah, tata tingkah laku, dan kehidupan
bermasyarakat yang selama ini masih “dipunugemí” beberapa masyarakat jawa.
Jalanya kebiasaan tersebut berlandaskan asas kepercayaan yang dianut oleh
masyarakat jawa, dimana mereka masih mempercayai unsur kebudayaan yang masih
harus melekat dalam kehidupanya, serta menyadari bahwa adanya kebudayaan
tersebut karena telah melalui proses yang sangat panjang dan membuahkan
tuntunan yang baik dalam bermasyarakat.
Beberapa masyarakat
jawa yang mempercayai unsur-unsur kebuadayaan dalam kehidupan mempunyai
beberapa anggapan tersendiri untuk menjadi alasan mengapa kebudayaan tersebut
harus tetap ada dan berjalan dalam menjalankan kehidupan bersama. Adanya unsur
menghormati leluhur karena sudah susah payah mempertahankan budaya yang
notabenya dalamkehidupan masyarakat modern dirasa tidak cukup penting untuk
dilaksanakan. Namun ada juga yang beranggapan bahwa nilai-nilai ataupun
unsur-unsur yang melekat dalam kebudayaan tersebut memang nyata harus
dilaksanakan karena itu menyangkut keberlangsungan hidup mereka. Anggapan bahwa
kita harus bersyukur kepada semua ciptaan-Nya yang telah membantu mereka untuk
melangsungkan kehidupan dalam bermasyarakat. Adanya unsur budaya, menjadikan
patokan dari setiap terselenggaranya tradisi masyarakat jawa. Dalam hal ini,
kebudayaan merupakan hal yang begitu sangat kompleks dalam masyarakat jawa,
karena dalam kebudayaan itu mengandung banyak arti tentang interaksi setiap
individu dengan individu meupun dengan kelompok tersebut.
Kebudayaan
itu sendiri adalah hasil dari hasil cipta, rasa, dan karsa manusia.
Setiap kebudayaan pun sangat erat kaitannya dengan kehidupan suatu kelompok di
suatu tempat, karena setiap berbedanya tempat kelompok tinggal, berbeda pula
kebudayaan yang di anut kelompok tersebut.
Kebudayaan
diciptakan karena adanya kebutuhan manusia untuk mengatasi berbagai problem
yang ada dalam kehidupan mereka. Melalui suatu proses berfikir yang
diekspresikan kedalam berbagai wujud. Salah satu wujud kebudayaan manusia
adalah tulisan. Seperti halnya dengan wujud-wujud kebudayaan lainnya.
Penciptaan tulisan pun diciptakan karena adanya kebutuhan manusia untuk
mengabdikan hasil-hasil pemikiran mereka.
Masih banyak hal-hal yang berkaitan dengan kebudayaan yang
tidak akan ada habisnya, dan masih banyak misteri dalam setiap
kebudayaan yang ada hingga saat ini.
B.
Rumusan Masalah
1.
Leksikon apa
yang terdapat dalam tradisi ceguran
“suro” di Tugu Suharto Semarang?
2.
Apa saja uborampe
yang terdapat dalam tradisi ceguran
“suro” di Tugu Suharto Semarang?
3.
Makna apa yang
terkandung dalam uborampe yang disiapkan dalam tradisi ceguran “suro” di Tugu Suharto Semarang?
C.
Tujuan Penelitian
1.
Untuk mengetahui
keberagaman bahasa dalam tradisi ceguran
“suro” di Tugu Suharto Semarang, yang dikhususkan pada penggunaan bahasa
jawa.
2.
Untuk ubarampe
apa saja yang dibutuhkan dalam tradisi
ceguran “suro” di Tugu Suharto Semarang.
3.
Mengetahui makna
yang terkandung dalam uborampe yang digunakan pada tradisi ceguran “suro” di Tugu Suharto Semarang.
BAB II
PEMBAHASAN
Kebudayaan diciptakan karena adanya kebutuhan manusia untuk
mengatasi berbagai problem yang ada dalam kehidupan mereka. Melalui suatu
proses berfikir yang diekspresikan kedalam berbagai wujud. Salah satu wujud
kebudayaan manusia adalah tulisan. Seperti halnya dengan wujud-wujud kebudayaan
lainnya. Penciptaan tulisan pun diciptakan karena adanya kebutuhan manusia
untuk mengabdikan hasil-hasil pemikiran mereka.
Masyarakat Jawa masih memegang teguh ajaran yang
diwarisi oleh leluhurnya. Salah satu ajaran yang masih dilakukan adalah
menjalankan Suronan. Malam tahun baru
dalam kalender Jawa yang dianggap sacral bagi masyarakat Jawa.
Tradisi surona bermula saat zaman Sultan Agung
sekitar tahun 1613-1645. Saat itu, masyarakat banyak mengikuti system
penanggalan tahun Saka yang diwarisi dari tradisi Hindu. Hal ini sangat
bertentangan dengan masa Sultan Agung yang menggunakan sistem kalender Hijriah
yang diajarkan dalam islam. Sultan Agung kemudian berinisiatif untuk memperluas
ajaran Islam di tanah Jawa dengan menggunakan metode perpaduan antara tradisi
Jawa dan Islam. Sebagai dampak perpaduan tradisi Jawa dan Islam, dipilihlah
tanggal 1 Muharam yang kemudian ditetapkan sebagai tahun baru Jawa. Hingga saat
ini, setiap tahunnya tradisi malam suronan selalu diadakan oleh masyarakat
Jawa.
Ilmu etnolinguistik yang dijadikan jembatan untuk
mengetahui makna dalam setiap tata bahasa yang digunakan dalam kebudayaan,
menjadikan ilmu tersebut menuntun untuk mengetahui banyak lebih dari setiap
makna kebahasaan yang ada dalam setiap tradisi yang berkembang di beberapa
masyarakat jawa yang sampai sekarang masih di lakukan.
Kebudayaan adalah hasil manusia baik yang bersifat materi,
maupun yang nonmateri. Seperti detailnya bahwa kebudayaan itu mempunyai tujuh
unsur, yakni sistem matapencaharian hidup (ekonomi); peralatan hidup
(tehnologi); ilmu pengetahuan; sistem sosial;bahasa; kesenian; dan sistem religi. Jika dihubungkan dengan
sejarah, maka kebudayaan sangat erat kaitannya karenasejarah adalah suatu ilmu
yang selalu membahas ketujuh unsur kebudayaan dilihat dari waktunya.
Dalam tradisi ceguran “suro” di Tugu Suharto Semarang, kami menitikberatkan pada
bahasa yang digunakan serta pemaknaan dalam perlengkapan yang ada dalam acara
tersebut. Pemaknaan secara kebahasaan serta leksikon-leksikon yang dalam tradisi ceguran “suro” di Tugu Suharto
Semarang, akan menjadikan pengetahuan untuk memaknai bagaimana budaya leluhur
tersebut masih ada dan masih dilakukan sampai sekarang.
BAB III
PENUTUP
Bahwasannya dalam setiap kebudayaan mempunyai manfaat
ataupun tutur yang diberikan kepada nenek moyang ataupun leluhur kepada mereka.
Setiap tutur tersebut dapat terlihat dengan tersirat ataupun tersurat. Dalam
perkembanganya, tutur tersebut dapan dilihat dalam penggunaan dalam bahasa, dan
pemaknaan dari setiap “pendukung” tradisi tersebut, baik yang dapat terlihat
dengan kasat mata ataupun yang tidak. Namun dari semua kebudayaan yang
khususnya tradisi yang masih dilestarikan oleh beberapa masyarakat jawa, lebih
“dikenal” dengan hal-hal mistis yang ada dalam setiap tradisi tersebut.
Dari penelitian ini,
diharapakan kita dapat mengetahui makna-makna ataupun tutur warisan leluhur
melalui makna bahasa yang digunakan, agar pemberian makna tersebut tidak
melenceng dari apa yang diajarkan oleh leluhur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar